KESENIAN JEPIN Di DESA KARANGTENGAH KECAMATAN BATUR KABUPATEN BANJARNEGARA
(Sebuah Kajian Sosial dan Budaya)
Latar Belakang Masalah
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Jawa tengah yang memiliki berbagai macam kesenian tradisional. Di Kabupaten Banjarnegara tumbuh dan berkembang kesenian rakyat yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya antara lain, Ebeg, Lengger, Aplang, Kuntulan, Jepin, Topeng lengger dan kesenian lainnya yang belum dikenal oleh masyarakat luas.
Kesenian Jepin sendiri merupakan salah satu kesenian yang mempunyai makna tersendiri bagi warga Kabupaten Banjarnegara pada umumnya serta masyarakat di Kecamatan Batur pada khususnya. Hal ini dikarenakan Kesenian Jepin adalah kesenian yang hanya ada dan hanya berkembang di Kecamatan Batur sementara kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Banjarnegara tidak berkembang kesenian Jepin tersebut. Masyarakat setempat sampai saat ini masih melestarikan kesenian Jepin ini. Hal ini terlihat dari banyaknya generasi muda di Desa Karangtengah yang masih mau mempelajari kesenian Jepin.
Menurut sejarahnya kesenian Jepin yang bernafaskan Islam ini telah muncul sejak adanya penjajahan Jepang yang menjajah di Banjarnegara. Kesenian ini awalnya diberi nama Rodad dan Cimoi, karena pakaian-pakaian kesenian Rodad dan Cimoi dirampas oleh penjajah Jepang maka kesenian tersebut berubah nama menjadi Jepin. Dalam bukunya Clifford Geertz menyatakan bahwa:
Pemerintah Jepang memberi baju seragam khusus, pada umumnya Jepang memang mengangkat kalangan santri di atas penduduk lainnya dan lebih menyukai mereka ini. Para santri dipanggil ke Jakarta untuk dilatih atau dikirim ke Bragang (sebagai sukarelawan) untuk menjadi Kamikaze dimana mereka belajar “berani mati”. Jaman Jepang adalah jaman yang paling sulit rakyat makan daun-daunan dan hampir- hampir tidak bias berpakaian.
Kesenian Jepin dan Zapin memiliki kesamaan antara lain dalam hal unsur-unsur gerak dari kesenian Jepin dan Zapin yang keduanya sama-sama menggunakan langkah kaki serta busana yang dikenakan hampir sama. Dr. Oemar Amin Hoesin dalam bukunya Kultur Islam mengatakan kata Zapin berasal dari Arab, ”Al-Zafn”, yang berarti “Gerak kaki”. Pada uraian berikutnya ia juga mengatakan bahwa buku tentang tarian Islam yang pertama adalah Kitab Al-ragsh wa – zafn. Kitab tarian dan gerak kaki karangan Al- Farabi. Pendapat lain tentang nama Zapin disampaikan Almarhum Tangku Tonel, seorang pencatat sejarah di Kerajaan Pelalawan menyebutkan bahwa nama Zapin itu kemungkinan berasal dari kata As-Syafin yakni bahasa Arab yang berarti di dalam barisan. Syaf = barisan dihubungkan dengan uraian bahwa Zapin ini telah ada dalam barisan prajurit Islam di Zaman Nabi Muhammad SAW, yakni beberapa latihan gerak kaki dalam barisan.
Jepin berasal dari kata Je dan Pin yang dapat diartikan Je berarti Jaman Pin berarti pindahan, Je berarti jaman Pin penjajahan, dan Je berarti jaman-
Pin berarti dijajah Jepang.
Dilihat dari sajian kesenian Jepin menggambarkan olah kanuragan Beladiri pada waktu jaman serdadu Jepang. Gerakan-gerakan yang digunakan adalah gerakan dasar pencak silat pada jaman dulu, serta dari pola lantainya menampakkan pejuang yang sedang baris- berbaris. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Mujirno bahwa kesenian Jepin gerakannya adalah gerak dasar pencak silat yang terdiri dari 20 jurus. Dalam penelitian Bapak Tubagus Mulyadi menyebutkan bahwa
Peranan pencak silat unsur seni hampir semua ragamnya kebanyakan berbentuk tari (Ibing pencak) yang sama sekali tidak mirip sebagai Pencak silat olahraga maupun pencak silat beladiri. Akan tetapi para penari pencak tersebut dapat pula melakukan gerak beladiri secara cepat, disamping itu gerakan-gerakan yang ada pada tari pencak akan terlihat pula bentuk-bentuk serangan, tangkisan maupun hindaran yang terjalin sedemikian rupa sambil mengikuti irama (musik) pengiringnya. Irama pengiring gerak dalam Pencak silat ini biasanya lagu-lagu daerah atau lagu-lagu gambus yang bersifat keagamaan, iramanya ada yang cepat dan ada yang lambat disesuaikan dengan gerak, langkah dari tari pencak silat yang dipertunjukkan.
Kesenian Jepin ini diiringi Terbang dan Bedug hal ini memungkinkan adanya pengaruh Islam yang ada di masyarakat Batur. Karena Kesenian Jepin ini diberi nama Rodad sehingga alat musik yang digunakan pada kesenian Jepin ini sama seperti alat musik yang digunakan pada kesenian Rodad saat ini. Rodad adalah sejenis tarian yang mempergunakan instumen yang lazim bagi kesenian
Islam yaitu Jedhor dan Terbang
Selain itu mantra-mantra yang menyebabkan pemain mengalami keserupan mengisyaratkan bahwa masyarakat Batur masih mempercayai adanya kepercayaan Animisme disamping mereka menganut agama Islam. Kesenian Jepin ini menyerupai kesenian Debus di Jawa barat menurut sejarah menceritakan bahwa
Dalam karya Dr. Hidding tentang agama di kalangan orang Sunda terdapat uraian tentang pertunjukkan “Debus” sebagai berikut :
“ Debus yang dulu banyak dipertunjukkan di pesantren berasal dari agama Islam. Disini didemonstrasikan bagaimana orang dalam keadaan khusuk dapat menjadi kebal. Keadaan khusuk itu timbul, karena pemimpinnya yaitu dalang yang bersembunyi di belakang tirai memanggil arwah Seh Abdul Kadir Jilani dengan melakukan konsentrasi. Para murid dalang dapat saling melukai, maupun dirinya sendiri, bahkan kadang-kadang penontonnya juga, tetapi mereka dapat segera sembuh. Sementara para pengikut duduk mengelilingi dalang dan dibakarnya kemenyan, dalang terus menerus melakukan dzikir sampai ia berseru: Hadir, Hadir! Dan memberi tanda bahwa roh yang dipanggil telah datang, sehingga pertunjukkan dapat dimulai dengan iringan musik “Terbang”. Para murid yang telah mempersiapkan diri dengan melakukan konsentrasi dan beserta dalang sudah menyucikan diri membuat beberapa langkah sampai menjadi pertunjukkan tarian yang sebenarnya hingga dalng memberi tanda bahwa arwah Abdul Kadir telah pergi.
Uraian ini menunjukkan bahwa datangnya Arwah Seh Abdul Kadir menyebabkan berhasilnya pertunjukkan. Mantra-mantra di atas hampir menyerupai mantra-mantra yang diucapkan dukun ketika akan menghadirkan
arwah agar pemain Jepin mengalami kesurupan.
Fungsi kesenian Jepin ini dalam masyarakat adalah sebagai hiburan. Kesenian ini biasanya dipentaskan pada HUT RI hal ini dikarenakan makna dalam kesenian ini adalah menunjukkan perjuangan rakyat Indonesia dengan sekuat tenaga untuk berjuang melawan penjajahan Jepang yang telah merampas baju kesenian sebelum kesenian Jepin muncul serta keinginan rakyat Indonesia untuk terbebas dari penjajahan Jepang sehingga mereka belajar beladiri agar dapat melawan Jepang. Setelah penjajah Jepang meninggalkan Indonesia maka kesenian Jepin tersebut menjadi hiburan bagi masyarakat daerah Desa Karangtengah karena kemenangan Bangsa Indonesia melawan penjajah Jepang.
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Jawa tengah yang memiliki berbagai macam kesenian tradisional. Di Kabupaten Banjarnegara tumbuh dan berkembang kesenian rakyat yang masih dilestarikan oleh masyarakatnya antara lain, Ebeg, Lengger, Aplang, Kuntulan, Jepin, Topeng lengger dan kesenian lainnya yang belum dikenal oleh masyarakat luas.
Kesenian Jepin sendiri merupakan salah satu kesenian yang mempunyai makna tersendiri bagi warga Kabupaten Banjarnegara pada umumnya serta masyarakat di Kecamatan Batur pada khususnya. Hal ini dikarenakan Kesenian Jepin adalah kesenian yang hanya ada dan hanya berkembang di Kecamatan Batur sementara kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Banjarnegara tidak berkembang kesenian Jepin tersebut. Masyarakat setempat sampai saat ini masih melestarikan kesenian Jepin ini. Hal ini terlihat dari banyaknya generasi muda di Desa Karangtengah yang masih mau mempelajari kesenian Jepin.
Menurut sejarahnya kesenian Jepin yang bernafaskan Islam ini telah muncul sejak adanya penjajahan Jepang yang menjajah di Banjarnegara. Kesenian ini awalnya diberi nama Rodad dan Cimoi, karena pakaian-pakaian kesenian Rodad dan Cimoi dirampas oleh penjajah Jepang maka kesenian tersebut berubah nama menjadi Jepin. Dalam bukunya Clifford Geertz menyatakan bahwa:
Pemerintah Jepang memberi baju seragam khusus, pada umumnya Jepang memang mengangkat kalangan santri di atas penduduk lainnya dan lebih menyukai mereka ini. Para santri dipanggil ke Jakarta untuk dilatih atau dikirim ke Bragang (sebagai sukarelawan) untuk menjadi Kamikaze dimana mereka belajar “berani mati”. Jaman Jepang adalah jaman yang paling sulit rakyat makan daun-daunan dan hampir- hampir tidak bias berpakaian.
Kesenian Jepin dan Zapin memiliki kesamaan antara lain dalam hal unsur-unsur gerak dari kesenian Jepin dan Zapin yang keduanya sama-sama menggunakan langkah kaki serta busana yang dikenakan hampir sama. Dr. Oemar Amin Hoesin dalam bukunya Kultur Islam mengatakan kata Zapin berasal dari Arab, ”Al-Zafn”, yang berarti “Gerak kaki”. Pada uraian berikutnya ia juga mengatakan bahwa buku tentang tarian Islam yang pertama adalah Kitab Al-ragsh wa – zafn. Kitab tarian dan gerak kaki karangan Al- Farabi. Pendapat lain tentang nama Zapin disampaikan Almarhum Tangku Tonel, seorang pencatat sejarah di Kerajaan Pelalawan menyebutkan bahwa nama Zapin itu kemungkinan berasal dari kata As-Syafin yakni bahasa Arab yang berarti di dalam barisan. Syaf = barisan dihubungkan dengan uraian bahwa Zapin ini telah ada dalam barisan prajurit Islam di Zaman Nabi Muhammad SAW, yakni beberapa latihan gerak kaki dalam barisan.
Jepin berasal dari kata Je dan Pin yang dapat diartikan Je berarti Jaman Pin berarti pindahan, Je berarti jaman Pin penjajahan, dan Je berarti jaman-
Pin berarti dijajah Jepang.
Dilihat dari sajian kesenian Jepin menggambarkan olah kanuragan Beladiri pada waktu jaman serdadu Jepang. Gerakan-gerakan yang digunakan adalah gerakan dasar pencak silat pada jaman dulu, serta dari pola lantainya menampakkan pejuang yang sedang baris- berbaris. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Mujirno bahwa kesenian Jepin gerakannya adalah gerak dasar pencak silat yang terdiri dari 20 jurus. Dalam penelitian Bapak Tubagus Mulyadi menyebutkan bahwa
Peranan pencak silat unsur seni hampir semua ragamnya kebanyakan berbentuk tari (Ibing pencak) yang sama sekali tidak mirip sebagai Pencak silat olahraga maupun pencak silat beladiri. Akan tetapi para penari pencak tersebut dapat pula melakukan gerak beladiri secara cepat, disamping itu gerakan-gerakan yang ada pada tari pencak akan terlihat pula bentuk-bentuk serangan, tangkisan maupun hindaran yang terjalin sedemikian rupa sambil mengikuti irama (musik) pengiringnya. Irama pengiring gerak dalam Pencak silat ini biasanya lagu-lagu daerah atau lagu-lagu gambus yang bersifat keagamaan, iramanya ada yang cepat dan ada yang lambat disesuaikan dengan gerak, langkah dari tari pencak silat yang dipertunjukkan.
Kesenian Jepin ini diiringi Terbang dan Bedug hal ini memungkinkan adanya pengaruh Islam yang ada di masyarakat Batur. Karena Kesenian Jepin ini diberi nama Rodad sehingga alat musik yang digunakan pada kesenian Jepin ini sama seperti alat musik yang digunakan pada kesenian Rodad saat ini. Rodad adalah sejenis tarian yang mempergunakan instumen yang lazim bagi kesenian
Islam yaitu Jedhor dan Terbang
Selain itu mantra-mantra yang menyebabkan pemain mengalami keserupan mengisyaratkan bahwa masyarakat Batur masih mempercayai adanya kepercayaan Animisme disamping mereka menganut agama Islam. Kesenian Jepin ini menyerupai kesenian Debus di Jawa barat menurut sejarah menceritakan bahwa
Dalam karya Dr. Hidding tentang agama di kalangan orang Sunda terdapat uraian tentang pertunjukkan “Debus” sebagai berikut :
“ Debus yang dulu banyak dipertunjukkan di pesantren berasal dari agama Islam. Disini didemonstrasikan bagaimana orang dalam keadaan khusuk dapat menjadi kebal. Keadaan khusuk itu timbul, karena pemimpinnya yaitu dalang yang bersembunyi di belakang tirai memanggil arwah Seh Abdul Kadir Jilani dengan melakukan konsentrasi. Para murid dalang dapat saling melukai, maupun dirinya sendiri, bahkan kadang-kadang penontonnya juga, tetapi mereka dapat segera sembuh. Sementara para pengikut duduk mengelilingi dalang dan dibakarnya kemenyan, dalang terus menerus melakukan dzikir sampai ia berseru: Hadir, Hadir! Dan memberi tanda bahwa roh yang dipanggil telah datang, sehingga pertunjukkan dapat dimulai dengan iringan musik “Terbang”. Para murid yang telah mempersiapkan diri dengan melakukan konsentrasi dan beserta dalang sudah menyucikan diri membuat beberapa langkah sampai menjadi pertunjukkan tarian yang sebenarnya hingga dalng memberi tanda bahwa arwah Abdul Kadir telah pergi.
Uraian ini menunjukkan bahwa datangnya Arwah Seh Abdul Kadir menyebabkan berhasilnya pertunjukkan. Mantra-mantra di atas hampir menyerupai mantra-mantra yang diucapkan dukun ketika akan menghadirkan
arwah agar pemain Jepin mengalami kesurupan.
Fungsi kesenian Jepin ini dalam masyarakat adalah sebagai hiburan. Kesenian ini biasanya dipentaskan pada HUT RI hal ini dikarenakan makna dalam kesenian ini adalah menunjukkan perjuangan rakyat Indonesia dengan sekuat tenaga untuk berjuang melawan penjajahan Jepang yang telah merampas baju kesenian sebelum kesenian Jepin muncul serta keinginan rakyat Indonesia untuk terbebas dari penjajahan Jepang sehingga mereka belajar beladiri agar dapat melawan Jepang. Setelah penjajah Jepang meninggalkan Indonesia maka kesenian Jepin tersebut menjadi hiburan bagi masyarakat daerah Desa Karangtengah karena kemenangan Bangsa Indonesia melawan penjajah Jepang.
0 komentar:
Posting Komentar