Choose Language spanish English Deutch French Indonesia Japanese Chinese Hindi Korean Arabic

karya tari zebra cross

Kelompok tari Independent Expression yang di koreograferi oleh Boby Ari Setiawan, S. Sn menggarap karya yang berhubungan dengan ruang publik. Pertunjukan akan dilaksanakan di ruang publik, dimana tempat tersebut merupakan tempat aktivitas masyarakat, bukan merupakan panggung pentas yang disiapkan. Hal ini dimaksudkan agar lebih mengikiskan jarak antara penyaji dan penikmat seni sehingga diharapkan tujuan apresiasi tari ini akan lebih mengena dari pihak penyaji maupun masyarakat penikmat seni. Melalui karya ini kelompok Independent Expression berharap dapat memberikan impres pada audience tentang kesadaran akan kedisiplinan kita sehari-hari

 
Kelompok tari Independent Expression membawakan karya tari ZC (Zebra Cross). Zebra Cross yang notabennya adalah salah satu simbol yang dipakai dalam aturan berlalu lintas di jalan raya. Melihat jalan raya menjadi sebuah ruang yang menarik untuk menjadi bidikan koreografi. Jalan raya yang selalu macet adalah ruang publik yang cukup menyita banyak waktu dalam kesehariannya, sehingga cukup beralasan pula ketika kenapa tanda peringatan yang dipakai dalam mengatur tata tertib berlalu lintas banyak dihadirkan di jalan raya, termasuk Zebra Cross. Dengan mengusung karya tari ini diharapkan dapat memberikan apresiasi kepada masyarakat serta makna dari “Zebra Cross” , sehingga diharapkan melalui karya ini dapat menjadi wacana baru bagi masyarakat akan arti pentingnya ketertiban berlalu lintas.

PENDUKUNG   KARYA 
  • Koreografer : Boby Ari Setiawan S.Sn;  
  • Pimpro : Hapsari Kusumas P, S.Sn;  
  • Penari : Boby Ari Setiawan S.Sn; Agus Margianto, S.Sn; Widya Ayu Kusumawardani, S.Sn; Erika DT; Safrina Purri; Ardhana Riswari; Gambuh Widya Laras, S.Sn; Arista Iriyantini, S.Sn; Dedy Luthan Dance Company; 
  • Artistik  & Stage manager : Joko Sriyono;  
  • Ass. Artistik : Dedek

Latar Belakang
Jalan-jalan di kota Jakarta yang sering kali macet menjadikan ruang publik ini cukup menyita banyak waktu serta menambah penat pikiran karena hiruk pikuk orang-orang dengan berbagai kepentingan. Di dalam kesehariannya, melihat situasi jalan raya Jakarta nampaknya menjadi sebuah ruang yang menarik untuk menjadikan bidikan koreografi .


Mengingat cukup luasnya tema jalan raya kaitannya dengan koreografi kota, maka dipilih Zebra Cross untuk mewakili ide garapnya. Zebra Cross adalah sarana menyeberang bagi pejalan kaki, dimana menjadi ruang privasi yang bisa memberi rasa aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Lintasan dari pejalan kaki yang saling berpapasan, sikap saling menghormati dan menghargai  dapat jelas kita lihat ketika mobil dan motor itu berhenti.

Ide Gerak berangkat dari situasi orang-orang yang sedang menyeberang di Zebra Cross. Di Zebra Cross beragam variasi cara  berjalan bisa nampak bila kita perhatikan, banyak orang yang menyeberang sehingga proses saling berpapasan ini mengakibatkan gestur dari orang berjalan sangatlah bervariasi, seperti misalnya ketika anak-anak menyeberang dengan tangan mereka bergandengan, seseorang menggandeng orang buta, meyeberang atau persimpangannya dengan orang-orang yang terburu-buru untuk berangkat/pulang kerja.

Dramaturgi kali ini dihadirkan pada perhitungan waktu yang sangat ketat saat lampu merah menyala dengan perhitungan durasi yang digunakan setiap sesi koreografi yang ditampilkan. Waktu pertunjukan dipilih pada saat jam-jam sibuk yang memang berada dalam kondisi lalulintas sangat p[adat. Pada saat moment tertentu muncul juga kejutan-kejutan dari koreografi, serta kejutan dari keterlibatan  penonton dalam ruang publik ini yang berubah menjadi ruang pertunjukan.


Sebagai sinopsis dari karya ini diambil dari sebuah tembang dolanan Jawa yang sering didendangkan semasa kecil. Kemudian ada bagian tertentu saya ubah syairnya untuk menyelaraskan situasi kota Jakrta kini. Lagu ini sangat simple namun cukup penting, karena sarat akan ajaran kemandirian dan kedisiplinan di jalan raya.

” Saiki aku wis gede, kerjane mangkat dewe , ora usah dieterake, bareng-bareng numpak Busway, yen mlaku turut pinggiran, ora pareng gojegan, neng dalan akeh kendaraan, mengko mundhak tabrakan” 
 
(” Sekarang aku sudah besar, kerjanya berangkat sendiri, tidak usah diantarkan  bersama-sama naik Busway, berjalan dengan tertib di pinggir jalan tidak boleh bercanda, karena di jalan banyak kendaraan, bisa-bisa terjadi kecelakaan.")


0 komentar:

Perfomance Preview